A. Tentang Nusakambangan
Pulau Nusakambangan yang menyandang predikat poelaoe boei terletak
di selatan kota Cilacap dan tidak terlalu sulit untuk dicari di peta.
Kita tinggal menelusuri bagian selatan pesisir Pulau Jawa. Pulau ini
berbentuk panjang, mirip seekor puma yang sedang berlari dan pulau ini
berimpit dengan sebuah semenanjung kecil berbentuk seperti mata bajak
yang berupa sebuah kota, yaitu kota Cilacap.
Dilihat dari Pantai Teluk Penyu, Pulau Nusakambangan terlihat sangat dekat dengan kota Cilacap. Memang, letaknya hanya + 10 Km dan untuk perjalanan dari Cilacap ke Nusakambangan hanya memerlukan waktu + 10 menit.
Pulau Nusakambangan terletak membujur dari arah barat ke timur sepanjang + 36 Km, lebarnya bervariasi antara 6 sampai 8 Km. Luas keseluruhan + 210 Km2.
topografinya berbukit-bukit dan penuh dengan hutan dan belukar
ketinggian 0-50 meter dpl. Curah hujan rata-rata 2530 milimeter per
tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 170 hari.
Sebelah utara pulau berbatasan
dengan muara sungai Citanduy, Segara Anakan, Bengawan Donan, dan Selat
Cilacap. Sebelah timur, selatan, dan barat berbatasan dengan Samudera
Indonesia atau Samudera Hindia.
Sebelum menjadi tempat
penampungan narapidana, Pulau ini telah berpenduduk dengan mata
pencaharian bercocok tanam, mencari hasil hutan, dan menangkap ikan.
Penggunaan tenaga napi dalam pembuatan benteng pertahanan di
Nusakambangan pada 1861 menjadi titik awal masuknya orang-orang hukuman
atau perantaian ke pulau ini. Keberhasilan yang dicapai pemerintah
Hindia Belanda dalam melakukan pengawasan dan pengamanan terhadap napi
saat itu dipakai sebagai dasar penetapan pulau tersebut sebagai pulau
penampungan bagi orang hukuman atau penal colony. Sebelum
keputusan diambil, Pemerintah Hindia Belanda melakukan penelitian lebih
dahulu terhadap pulau lainnya, seperti Pulau Nusa Barung di JATIM,
Prinsen Eiland di Ujung Kulon, dan Krakatau di Selat Sunda.
Namun, pilihan terakhir tetap
tertuju pada Pulau Nusakambangan. Pada 1908, Gubernur Jendral Hindia
Belanda mengeluarkan ketetapan bahwa pulau tersebut telah memenuhi
persyaratan sebagai poelaoe boei atau bijzonderestaf gevangenis. Selanjutnya status pengawasan dan pemilikan pulau tersebut diserahkan kepada Raad van Justitie
atau Departemen Kehakiman. Selain itu Pemerintah Belanda menggunakan
pulau ini sebagai basis Pertahanan dan penduduk dipindahkan ke tempat
seperti Kampung Laut, Jojok, dan Cilacap.
Pulau Nusakambangan sejak ditetapkan sebagai poelaoe boei sampai
sekarang berstatus kepemilikan dan pengelolaannya berada di bawah
Departemen Kehakiman. Sarana dan Prasarana untuk keperluan penduduk
seperti air, komunikasi, pendidikan,dll sangat lengkap dan tersedia
meski cukup memperihatinkan. Kebutuhan air bersih menggunakan air yang
bersumber dari air perbukitan yang disalurkan melalui pipa-pipa ke
masing-masing Lembaga Pemasyarakatan (LP) dan perumahan. Untuk
penerangan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Sejak Tahun
2001, PT. Holcim (dulu PT. Semen Nusantara) memberi bantuan listrik ke
seluruh LP di pulau ini.
Sarana Transportasinya terbagi
menjadi 2 yaitu laut dan darat. Sarana komunikasinya dengan telepon
engkel yang berusia lebih dari 50 tahun. Sedang untuk berhubungan ke
luar pulau dengan telepon Otomat yang berada di dermaga Wijayapura,
Cilacap. Sarana pendidikan untuk anak-anak pegawai tersedia sebuah SD,
yaitu SD Tambakreja 05 dengan guru dari Cilacap. Untuk sarana pelayanan
kesehatan terdapat sebuah Rumah Sakit, dan juga sarana-sarana lain yang
kondisinya cukup baik.
B. Sejarah Nusakambangan
5 Oktober 1705, kerajaan Mataram
dan Belanda mengadakan perjanjian. Meski Nusakambangan berada di
wilayah kekuasaan Belanda, tetapi sampai 1830 Cilacap masih dibawah
kekuasaan Kerajaan Mataram, dan mrnjadi wilayah kekuasaan Kasunanan
Surakarta setelah kerajaan Mataram pecah. Sebelumnya, Cilacap disaebut
dengan Donan. Pada masa Donan sering terjadiserangan oleh Perompak.
Suatu hari tahun 1801 saat para prajurit sedang bercocok tanam,
tiba-tiba datang serangan perompak dari Celebes dan Borneo sehingga
banyak prajurit yang tewas.
Setelah kejadian itu, Sri
Susuhunan Paku Buwono IV kembali mengirim pasukan ke Donan untuk
menambah jumlah pasukan. Kemudian dibentuk formasi baru yang membuat
para perompak tidak lagi menyerang sejak 1801. pada tahun 1819
pemerintah Belanda menempatkan 30 personel pasukan artilerinya di timur
Nusakambangan untuk menguasai Cilacap.
Setelah Perang Diponergoro tahun
1830, Cilacap berhasil dikuasai Belanda dan kemudian tahun 1836
dibangun dua benteng yang diberi nama Benteng Karang Bolong dan Benteng
Njappa untuk menghadapi kapal musuh yang akan masuk ke sekitar
semenanjung. Tahun 1883 benteng tersebut rusak karena gelombang air
pasang akibat letusan Gunung Krakatau dan pada 1908, Nusakambangan
ditetapkan sebagai poelaoe boei sehingga seluruh pasukan Belanda ditarik dari tempat itu.
Nusakambangan disebut poelaoe boei setelah
dibangun sebuah penjara lagi pada tahun 1910 untuk menampung tahanan
Belanda yang dipekerjakan sebagai petani karet. Sebutan poelaoe boei semakin kuat setelah enam penjara baru didirikan sejak 1925 hingga 1950 yang dapat menampung + 7000 orang narapidana.
Pos penjagaan pulau ini menjorok
dari pantai ke arah selat berjarak 5 sampai 25 meter dan antara satu
dengan lainnya berjarak 2 Km. Pada 1985, Menhan menutup lima dari
sembilan LP karena bangunannya semi permanen sudah tak layak pakai.
Tahun 1999 penghuni LP ini berumlah 405 orang dengan pegawai pwngawas
354 orang atau dengan rasio 1:1,14.
Kisah pelarian terbesar adalah
pada 20 Mei 1982, 34 napi melarikan diri. Tetapi pada 22 Juni 1982,
pencarian dihentikan karena senua napi berhasil tertangkap. Dari 34
orang napi yang melarikan diri, 21 orang ditangkap hidup-hidup dan 13
orang mati. Dari 13 orang napi yang mati, 8 orang tertembak di
Nusakambangan, 4 orang tertembak di perairan JABAR, dan 1 orang dimakan
binatang buas di hutan Nusakambangan. Napi yang mati dan dimakan
binatang buas tersebut bernama Max Woworuntu. Mayatnya ditemukan oleh
petugas di daerah Slok Maung, sebelah barat LP Karanganyar,
Nusakambangan. Tim pencari mulanya menemukan isi perut manusia. Sekitar
50m dari itu tergeletak tengkorak yang setengah bagiannya masih
ditutupi daging. Lalu pada hari berikutnya, petugas menemukan semua
bagian tubuh yang terpisah-pisah seperti dicabik-cabik binatang buas.
Hanya bagianlengan kiri yang tak ditemukan. Petugas memastikan bahwa
itu adalah tubuh Max setelah sebuah buku harian lengkap dengan tanda
tangannya ditemukan. Hingga kini, Direktorat Jendral Pemasyarakatan
masih memandang Nusakambangan sebagai tempat pembinaan terhadap napi
kelas berat.
Kontribusi Nusakambangan sangat
penting bagi Cilacap, berupa perlindungan untuk daerah Cilacap dari
angin besar dan ganasnya ombak laut selatan. Sedangkan untuk aktivitas
ekonominya, pulau ini dimanfaatkan untuk pencarian ikan oleh nelayan,
dan industri modern seperti Kilang Minyak Pertamina, Pabrik Semen,
Penambangan Pasir Besi, dll. Disana juga terdapat perkebunan kelapa
mampu berbuah 4000 sampai 5000 butir per bulan, perkebunan pisang
cavendish sejak 1996 yang mencakup lahan 200 Ha, dan tambak yang
kesemua hal tersebut tidak boleh merusak ekkosistem.
Lebih dari 75 tahun Pulau
Nusakambangan merupakan daerah tertutup, tetapi setelah beberapa waktu,
pulau ini dibuka untuk wisatawan. Dijadikan tempat wisata karena
sebagian besar wisatawan datang ke p[ulau ini karena didorong oleh rasa
penasaran dan keingintahuan mengenai segala aktivitas yang terjadi,
terutama aktivitas yang berkaitan dengan pembinaan napi kelas berat.
Hal tersebut merupakan sebuah pengalamanyang menarik dan membanggakan
untuk dijadikan bahan cerita kepada saudara atau teman yang belum
pernah berkunjung ke pulau ini oleh para wisatawan. Beberapa tempat
wisatanya antara lain Potensi Keindahan Alam Bahari, berupa Pantai
Permisan, Pantai Pasir Putih, Pantai Pasir Gigit, Pantai Karang Bolong,
Pantai Karang Bnadung, Pulau Majeti, Segara Aankan, dan Selat
Indralaya. Potensi Keindahan Alam Gua, yaitu Gua Ratu, Gua Pasir, Gua
Putri, Gua Masingit Sela, Gua Lawa, Gua Salak, Gua Bantar Panjang.
Potensi Keindahan Alam Hutan, yaitu Cagar Alam Nusakambangan Barat,
Cagar Alam Nusakambangan Timur, Perkebunan Karet, dan Hutan Mangrove.
Selain itu juga memiliki bangunan
bersejarah, yaitu Benteng Karang Bolong, Benteng Batu Njappa atau
Benteng Klinker, Monumen Artileri, Mercusuar Cimiring, Pemandangan
Berambang, dan Pesanggrahan atau Kupel.
Akan tetapi dengan keputusan yang
tegas mengenai masa depan Nusakambangan maka dilema permasalahan yang
ada akan teratasi. Apapun alternatif yang dipilih oleh para pengambil
keputusan, sepanjang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen maka
itulah yang terbaik bagi masa depan Nusakambangan.
C. Tempat Wisata dan Legenda yang Ada di Nusakambangan
1. Benteng Karang Bolong
Benteng Karang Bolong terletak di
kaki pantai timur laut Pulau Nusakambangan yang dapat dicapai dalam
waktu 20 menit dari Dermaga Wijayapura atau dengan menggunakan perahu
compreng sekitar 15 menit dari Pantai Teluk Penyu. Benteng yang
terletak di kawasan hutan lindung ini dengan luas 6.000 m2 memiliki 3
benteng utama dimana salah satunya adalah benteng yang bertingkat tiga
yang mempunyai ruang rapat besar dan dilengkapi dengan meriam.
Karena terdapat meriam di benteng
tersebut menyebabkan Benteng Karangbolong disebut benteng artileri.
Luas lahan keseluruhan sekitar 6.000 m2 dan pada dinding dilapisi
dengan aspal .
Benteng yang terbuat dari bata
berlepa dan keseluruhan terdiri 4 lantai yaitu 2 lantai berada di atas
permukaan tanah sementara dua lantai berada di bawah permukaan tanah,
memiliki sejumlah ruangan-ruangan yaitu ruangan barak prajurit , ruang
tahanan, ruangan logistik juga dilegkapi dengan pagar tembok keliling,
bastion dengan landasan meriamnya, bangunan pengintai dengan
lobang-lobang penembakan, gudang amunisi serta bangunan perlindungan.
Dari Benteng Karang Bolong ini
dapat diawasi jalur pelayaran di Samudra Indonesia dan jalur masuk ke
Pelabuhan Tanjung Intan, antara Benteng Pendem dengan Benteng Karang
Bolong keduanya saling melengkapi dalam hal pengawasan perairan Teluk
Penyu .
Fungsi Benteng Karang Bolong oleh
tentara Belanda sebagai kutup pertahanan guna menangkal serangan musuh
yang datang dari laut atau menyerang kapal laut musuh dan sebagai
gudang penyimpan rempah rempah milik Belanda. Benteng Karang Bolong
tergolong jenis wisata budaya dan daya tarik wisata monumental sebagian
besar bangunannya tertutup pohon-pohon besar.
2. Pantai Pasir Putih
Cocok dengan namanya pasir putih
karena pantainya berpasir putih sehingga masyarakat menyebutnya Pantai
Pasir Putih. Pantai Pasir Putih salah satu obyek wisata yang ada di
sebelah selatan Pulau Nusakambangan tepatnya berada di sebelah timur
Pantai Permisan. Pantai Pasir Putih dihiasi dengan berbagai batu karang
atau pulau – pulau kecil yang membujur ke timur dihiasi ombak yang
sangat dahsyat / ganas sehingga benturan air menghantam batu karang
hitam menambah keindahan batu karang.
Untuk menuju Pantai Pasir Putih
harus berjalan kaki menelusuri jalan yang sudah dibangun trap – trap
dari paving blok sepanjang 600 m dari Pantai Permisan naik ke arah
timur dan turun sampai pantai pasir putih dengan jarak 1 km. Gugusan
batu karang di Pantai Pasir Putih yang membujur ke timur diselimuti
ombak nan putih menambah indahnya panorama alam pantai pasir putih.
Batu – batu tersebut selain
menambah keindahan pantai juga sebagai pemecah ombak yang menuju pantai
pasir putih sehingga ombak yang ganas bisa dijinakan dan relatif tidak
berbahaya.
Dengan pasir pantainya yang putih
dan ombak yang cukup bersahabat menambah para wisatawan merasa betah
dan senang berlama – lama menikmati keindahan pasir putih. Kelebihan
pantai pasir putih masih terdapatnya pohon – pohon yang tumbuh secara
alami sehingga menambah sejuk udara pantai dan tidak terganggu oleh
teriknya sinar matahari karena bisa berteduh atau naik dahan – dahan
pohon sambil menikmati deburan ombak laut selatan.
3. Pantai Rancah Babakan
Terletak diujung paling barat
Pulau Nusakambangan yang berjarak 35 km dari dermaga Sodong. Untuk
menuju pantai ini melalui alur selat Nusakambangan – Segara Anakan
melewati Desa Klaces Kecamatan Kampung Laut. Sepanjang perjalanan
melewati 4 LP yang masih berfungsi yaitu LP Batu, Besi, Kembang Kuning
dan Permisan serta melewati Kecamatan Kampung Laut yang berada di
Klaces dengan pemandangan hutan mangrove di kiri kanan alur sungai dan
pemandangan pegunungan serta selat Indralaya.
Pantai Ranca Babakan tergolong
pantai yang masih perawan karena belum banyak wisatawan yang berkunjung
ke pantai ini, karena memang jalur yang menuju ke pantai belum memadai.
Oleh karena itu masih sangat dibutuhkan penanganan pemerintah untuk
membuka akses ke pantai ini sehingga dapat menjadi tempat wisata yang
mudah untuk dikunjungi oleh wisatawan. Sehingga dapat memberikan
pendapatan bagi daerah.
4. Pantai Permisan
Pantai Permisan juga terdapat di
Pulau Nusakambangan tepatnya disebelah selatan LP Permisan. Pantai ini
masih sangat alami belum banyak tercemari oleh manusia. Dengan
pemandangan yang sangat menakjubkan dan deburan ombak laut selatan
akan membawa wiasatawan betah menikmati panorama keindahan pulau-pulau
kecil dan batu-batu karang didepan pantai mempunyai nilai tersendiri
dibanding pantai wisata lainnya di Cilacap.
Didepan pantai ada batu karang
(pulau Kecil) yang mempunyai kenangan tersendiri bagi seorang pejebat
negara yaitu Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebelum menjadi Perdana
Menteri seorang yang bernama Syahrir pernah berkunjung ke Pantai
Permisan, di pantai itu Syahrir mencoba menyebrangi gelombang laut yang
saat itu sedang kecil, ia berhasil naik ke batu karang tersebut. Akan
tetapi pada saat mau kembali ke pantai datanglah ombak yang sangat
besar, sehingga Syahrir bertahan sampai berjam-jam menunggu air surut
diatas batu karang. Dengan adanya peristiwa tersebut maka nama Syahrir
diabadikan sebagai nama gugusan karang di Pantai Permisan yang oleh
sebagian kalangan masyarakat menyebutnya Batu Syahrir .
Selain cerita di atas, jika air
surut wisatawan bisa mendaki sejumlah batu karang yang tersembul.
Mereka akan menyaksikan berbagai simbol sosial sebagai bukti adanya
legenda Raja Pakuan Pajajaran yang mempunyai putri cantik terkena wabah
penyakit yang bisa sembuh kalau diobati dengan air mata kuda sembrani,
maka sang raja mengirim utusan untuk mendapatkan obat tersebut tetapi
selalu gagal yang pada akhirnya sang putri itu sendiri berangkat dan
karena kecapaian perjalanan jauh ia beristirahat dan mandi di Pantai
Permisan terseret ombak ke tengah laut dan terjepit diantara batu
karang dan meninggal dan dari kejauhan hanya kelihatan sebagian anggota
badannya tanpa busana maka disitu ada batu karang yang mirip alat
kelamin perempuan .
Juga disebut permisan saat ada
perompak mau mendarat ke Nusakambangan pantai itu tidak tampak tapi
setelah permisi pada Sang Baurekso Pulau Nusakambangan nampak pantai
tersebut maka disebut permisan
Pantai Permisan juga merupakan
tempat penggodokan para prajurit agar mampu menjaga dan dam membela
keutuhan bangsa dan negara dari gangguan apapun baik besar maupun kecil
yang kiranya mengganggu kedaulatan. Tekad dan kekokohan prajurit
tersebut disimbolkan dengan salah satu atribut (pisau komando) yang
ditancapkan atau ditusukan kedalam batu karang sehingga dari pantai
tampak pisau komando menancap dibatu karang.
Untuk menuju Pantai Permisan para
wisatawan dapat menggunakan kapal penyebrangan atau perahu baik dari
Pelabuhan Lomanis atau Pelabuhan Wijayakusuma ke Sodong Nusakambangan
kemudian dilanjutkan dengan kendaraan pribadi atau carteran rombongan
menuju ke permisan. Selama perjalanan, wisatawan bisa menikmati
pemandangan alam yang ada di Pulau Nusakambangan dan bisa singgah dulu
di obyek wisata Goa Ratu juga bisa melihat LP Kembang kuning , Batu ,
Besi dan LP Permisan.
5. Pantai Karang Pandan
Pantai Karang Pandan merupakan
salah suatu potensi obyek wisata yang ada di Pantai Timur Pulau
Nusakambangan. Pantai Karang Bandung ini masih alami belum begitu
banyak dicemari oleh ulah manusia dengan pemandangan yang indah di
depan pantai dua buah pulau karang (Pulau Majethi) yang oleh masyarakat
dipercaya sebagai tempat tumbuhnya kembang Wijayakusuma, ikut menambah
keindahan pantai Karang Bandung.
Pantai ini banyak dikunjungi
orang pada hari Kamis Wage atau sehari menjelang pelaksanaan Sedekah
Laut (Larungan Sesaji) untuk ziarah, tempat ini dijadikan ziarah dengan
alasan di pantai ini terdapat beberapa tempat yang dianggap keramat
sehingga mereka berkunjung akan lebih banyak mendapat berkah, tempat –
tempat keramat diantaranya : Kali Lanang (diambil airnya) yang terletak
di bagian timur naik sedikit dari pantai, Batu Meja (Batu Balai) yaitu
segumpal batu karang besar yang digunakan sebagai tempat sesaji upacara
juga berfungsi sebagai tempat pergelaran serta singgasana.
Untuk menuju pantai Karang Pandan
harus menggunakan perahu selama 90 menit atau jalan kaki dari Benteng
Karang Bolong Nusakambangan kurang lebih 75 menit. Para peziarah
biasanya membawa sesaji yang berupa Jajan Pasar, Buah–buahan, Kembang
Telon, Kinang, Kemenyan, Daun Dadapsrep, Kelapa Muda serta beberapa
pusaka. Semua sesaji dikumpulkan di atas batu meja, setelah sesaji siap
maka sesepuh Nelayan memimpin doa.
6. Legenda Bunga Wijayakusuma
Satu cerita legenda yang cukup
terkenal di Indonesia terutama Pulau Nusakambangan adalah tentang
Kembang atau Bunga Wijayakusuma. Ceritanya tentang seorang puteri
Adipati Bandapati yang memerintah di Kadipaten Bonokeling, bernama
Raden Ayu Bnadawati. Ia sangat cantik, molek, berbudi bahasa halus dan
sangat lemah lembut sehingga banyak yang ingin memilikinya. Untuk
meminang puteri tersebut diadakanlah sayembara yaitu dengan menahan
semua kesaktian dan senjata pusaka Adipati Bnadapati. Akhirnya
sayembara itu dimenangkan oleh Raden Pucangkembar yang merupakan putera
dari Kyai Ageng Giri. Kemudian Raden Pucangkembarpun menikahi Raden Ayu
Bnadawati. Walau sudah bersuami dan memiliki 3 orang anak, Raden Ayu
Bnadawati masih dikejar Adipati-Adipati yang lain untuk dijadikan
isteri. Akhirnya Raden Ayu Bnadawatipun menjelma sebagai setangkai
bunga bernama Bunga Wijayakusuma. Begitu tenarnya legenda Bunga
Wijayakusuma, sehingga tahun 1971 seorang tokoh penting negeri ini juga
melakukan pemetikan Bunga Wijayakusuma dengan cara yang masih
tradisonal.
Di Nusakambangan, luas seluruh
cagar alam + 1200,50 Ha yang dibagi menjadi dua bagian karena kegiatan
LP di wilayan tersebut. Hewan-hewan penghuni Cagar Alam itu dapat
digolongkan menjadi Hewan Liar, Melata, dan Burung juga berbagai
tanaman yang tumbuh secara berkelompok.
Meski hidup banyak tumbuhan dan
hewan, tetapi disana ada keistimewaan tersendiri yaitu hutan Pohon
Klalar di bagian Barat dan Bunga Wijayakusuma di bagian Timur yang
membuat orang-orang tidak berani berbuat aneh-aneh karena legenda yang
ada di tempat itu. Tetapi walau begitu, penjarahan hutan masih marak
terjadi.
7. Cerita tentang Kerajaan Nusatembini
Cerita sejarah tentang Kerajaan
Nusatembini mengambil setting di wilayah sekitar Pulau Nusakambangan.
Nusatembini diceritakan sebagai sebuah Kerajaan Siluman yang cukup
besar. Kerajaan ini memiliki wilayah di sekitar pantai Cilacap hingga
pulau Nusakambangan. Keraaan ini memiliki benteng alamiah berupa
tanamana bambu hingga tujuh lapis (Baluwarti pring ori pitung sap).
Penggambaran benteng alamiah dari pagar bambu lapis tujuh itu dapat
ditafsirkan bahwa si pembuat cerita hendak mengatakan bahwa pertahanan
kerajaan Nusatembini terebut cukup kuat. Selain itu juga menunjukkan
bahwa tanaman Bambu Ori merupakan tanaman yang biasa digunakan sebagai
pagar atau pengamanan bagi masyarakat Cilacap terhadap gangguan
keamanan.
Kerajaan Nusatembini dipimpin
oleh seorang penguasa wanita (raja putri) berparas cantik bernama
Brantarara. Kecantikan sang putri menarik perhatian para penguasa dari
kerajaan lain untuk menjalin kerjasama hingga mempersuntingnya sebagai
permaisuri. Akan tetapi untuk mempersunting sang putri tidaklah mudah,
karena begitu ketatnya penjagaan dan pertahanan. Banyak raja yang gagal
hanya sekadar untuk dapat memasuki wilayah istana kerajaan Nusatembini.
Cerita tentang keberadaan
penguasa Kerajaan dari kaum hawa ini sesungguhnya dapat dipandang
sebagai simbol tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam hak-hak
politik. Dengan demikian pandangan yang mengangap bahwa dalam budaya
Jawa kaum wanita dipandang lebih rendah dibandingkan dengan kaum pria
tidak terbukti dalam alam pikiran si pembuat cerita sejarah Kerajaan
Nusatembini tersebut. Dalam kebudayaan Cilacap ada nilai yang
menganggap bahwa wanita juga memiliki kekuatan memerintah, bahkan dalam
cerita itu melampaui kemampuan laki-laki.
Persoalannya adalah kapan
sesungguhnya asal cerita Kerajaan Nusatembini ini berasal. Penulis
sejarah dan hari jadi Cilacap versi Pemerintah Cilacap mengatakan bahwa
Kerajaan Nusatembini berasal dari zaman pra sejarah. Hal itu katanya
dibuktikan dengan adanya peninggalan dua rumpun bambu ori yang
merupakan peninggalan benteng Kerajaan Nusatembini. Pada tahun 1970
peninggalan peninggalan yang dipercaya berasal dari masa pra sejarah
itu masih ada yang berlokasi di kompleks dermaga Pelabuhan pasir Besi,
akan tetapi pada sat ini peninggalan itu sudah hilang.
Menurut hemat kami, cerita
tentang Kerajaan Nusatembini memang bukan mengambil zaman Islam, tetapi
juga bukan pada masa pra sejarah. Zaman pra sejarah tidak dikenal
konsep kerajaan, yang ada hanya Primus Interpares, dan umumnya
laki-laki tertua. Konsep kerajaan baru muncul pada masuknya kebudayaan
Hindu dan Budha di Indonesia. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa
latar belakang sejarah Kerajaan Nusatembini sesungguhnya adalah masa
Hindu dan Budha di wilayah Cilacap.
Tafsir bahwa latar belakang
cerita tentang Kerajaan Nusatembini Nusatembini adalah Hindu Budha
didukung dengan cerita lain yang terkait dengan kerajaan tersebut.
Cerita rakyat dalam masyarakat Cilacap menceritakan bahwa di sebelah
barat dari Kerajaan Nusatembini adalah Kerajaan Galuh Pakuan Pajajaran.
Dalam catatan sejarah, kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan Hindu
yang amat berkuasa di wilayah tatar Sunda. Oleh karena Kerajaan
Nusatembini sezaman dengan Kerajaan Galuh, maka dapat dipastikan bahwa
cerita tentnag adanya Kerajaan Nusatembini berasal dari zaman
perkembangan Hindu dan Budha.
Kerajaan Galuh Pakuan Pajajaran
merupakan kerajaan besar. Berbeda dengan Nusatembini, penguasa Pakuan
Pajajaran adalah seorang pria yang gagah berani. Pada masa
pemerintahannya ia dicobai Tuhan dengan berkembangnya wabah penyakit
yang menyerang rakyatnya. Akan tetapi rakyatnya menjadi sangat
menderita karena banyak di antara mereka yang harus kehilangan anggota
keluarga akibat ganasnya wabah penyakit tersebut. Raja Pajajaran ini
berusaha mencari cara untuk memecahkan masalah yang sedang melanda
negerinya. Segala usaha telah dilakukan untuk mengatasi wabah tersebut,
tetapi sia-sia. Raja Merasa sedih melihat penderitaan yang menimpa
rakyat di seluruh negerinya, dan semakin sedih lagi ketika putra dan
putrinya juga terserang penyakit.
Ketika raja sudah hampir putus
asa dalam mengatasi wabah penyakit yang melanda negerinya, datanglah
seorang pendeta (wiku). Pendeta tersebut menyampaikan maksud
kedatangannya hingga terjadi dialog seperti kutipan berikut :
Pendeta : ”Gusti Prabu
junjungan hamba, ampunilah hamba ini akan segala kelancangan hamba
menghadap Gusti tanpa panggilan dan dengan segala kemurahan Gusti
Prabu, kami mohonkan maaf atas segala kesalahan ini”.
Raja : ”Teramat gembira
rasanya aku melihat kedatangan wiku saat ini sebab memang ada sesuatu
yang kini tengah merisaukan pikiranku sebagai pimpinan pemerintahan di
Kerajaan Pajajaran ini”.
Pendeta : ”Gusti Prabu
Junjungan hamba, rasanya hamba memaklumi apa yang tengah Gusti hadapi
pada saat ini karena adanya wabah penyakit yang menimpa para kawula
Pajajaran. Sampai pula Tuanku Putri saat ini terserang wabah penyakit
itu”.
Raja : ”Rasanya memang
demikian wikut, bahwa kerisauanku dan kecemasanku masih amat mencekam.
Tetapi apakah kiranya bapa wiku dapat memberikan jalan keluar untuk
mengatasi kesemuanya ini?”
Pendeta : ”Gusti Prabu
Junjungan hamba, kedatangan hamba ini bermaksud untuk menyampaikan
adanya ”wisik” atau ilham yang telah hamba terima. Bahwasanya apa yang
terjadi saat ini di lingkungan Kerajaan Pajajaran serta penyakit yang
diderita oleh Tuanku Putri junjungan hamba, masih dapat disembuhkan
dengan obat apa yang disebut ”Air Mata Kuda Sembrani”. Adapun obat itu
hanya dapat diusahakan dari bagian timur Kerajaan Pajajaran ini. Di
arah timur sanalah ada sebuah keratorn yang disebut Nusatembini dan
disitulah obat obat tersebut akan didapatkan. Tetapi untuk mencapai
daerah itu serta mendapatkannya tidak mudah, sebab lingkungan Kraton
Nusatembini adalah sangat gawat. Maka seyogyanya Gusti Prabu Junjungan
hamba mengutus para abdi dalem Pajajaran yang terpilih untuk menghadapi
ratu putri yang memimpin keraton tersebut.
Haturkanlah segala maksud Gusti
untuk memohon apa yang disebut ”Air Mata Kuda Sembrani” yang menjadi
peliharaan sang ratu. Apabila usaha mendapatkan airmata Kuda Sembrani
itu berhasil, maka hal itu akan menjadi obat serta tumbalnya (Penolak)
Kerajaan Galuh Pajajaran dari segala mara bahaya yang bakal datang.
Raja Pajajaran merspon positif
saran-saran dari sang wiku tersebut. Raja tersebut kemudian
mempersiapkan diri untu kmenuju Nusatembini. Beberapa orang adipati
yang berada di bawah kekuasan Pajajaran yang dianggap mampu ditugasi
menuju kerajaan siluman diutus sang raja menuju Nusatembini. Petinggi
utusan jatuh pada Patih Harya Tilandanu yang dibantu oleh Adipati Gobog dan Adipati Sendang. Mereka mengerahkan prajurit pilihan agar segala rintangan di perjalanan dapat diatasi.
Setelah persiapan untuk berangkat
menuju Kerajaan Nusatembini selesai, maka rombongan prajurit dari
Pajajaran tersebut berangkat menuju kerajaan siluman di pantai selatan
Cilacap tersebut. Meskipun berasal dari prajurit pilihan, perjalanan
menuju Nusatembini ternyata tidak mudah. Mereka harus melewati alam
yang masih ganas berupa hutan belantara dan rawa-rawa yang membentang
luas. Dalam situasi alam yang demikian pra prajurit Pajajaran dengan
semnagat yang membara menuju Kerajaan Nusatembini agar memperoleh obat
penyakit putri raja ” air mata kuda sembrani”.
Para prajurit utusan Pajajran
tersebut akirnya sampai di wilayah Cilacap. Ketika sampai di wilayah
Nusatembini mereka melihat adanya kekeuatan yan mengelilingi kerajaan
tersebut yang amat kuat. Para prajurit berusaha memasuki istana
kerajaan itu dengan berbagai cara. Akan tetapi kali ini usaha itu gagal
karena adanya benteng rumpun bambu yang berlapis-lapis rapat yang
mengellingi Kerajaan Nusatembini ibarat seperti pagar berlapis. Usaha
untuk memasuki istana Nusatembini berkali-kali dicobanya, dan ternyata
selalu gagal.
Kegagalan berkali-kali untuk
memasuki Istana Nusatembini tidak membuat para prajurit Pajajaran putus
asa. Dengan semangat membela sang Raja dan negaranya mereka selalu
mencari cara untuk dapat memasuki Istana Nusatembini. Adipati Gobong,
Adipati Sendang dan Patih Harya Tilandanu jalan lain diluar jalan
perang. Mereka bersemedi untuk mendapatkan ilham dan jalan keluar agar
dapat memasuki Istana Nusatembini. Setelah beberapa hari bersemedai
akhirnya mereka memperoleh petunjuk gaib. Dalam petunjuk gaib itu
dikatakan bahwa benteng bambu yang mengelilingi Nusatembini akan dapat
dihancurkan denganmenggunakan peluru emas.
Setelah mendapatkan ilham
tersebut para prajurit tata sunda utusan raja Pajajaran tersebut
mengubah taktik dalam memasuki Istana Nusatembini. Mereka membuat
peluru emas yang berasal dari uang emas untuk menghancurkan bambu yang
mengelilingi keraton dengan raja perempuan tersebut.
Pembuatan peluru emas dilakukan
oleh rombongan prajurit Pajajaran di lokasi yang tidak jauh dari Istana
Nusatembini. Mereka singgah di suatu daerah di dekat istana tersebut
selama berhari-hari. Selain memproduksi peluru emas, mereka juga
mengatur siasat untuk melakukan penyerangan. Di daerah tempat persiapan
penyerangan ini dikenal dalam cerita rakyat Cilacap sebagai daerah
Donan. Satu daerah tempat Andon (bersinggah).
Setelah rencana penyerangan
diatur secara matang, maka pada hari yang telah ditentukan rombongan
prajurit Pajajaran melakukan serangan ke Istana Nusatembini. Serangan
dilakukan oleh prajurit tangguh dengan menggunakan peluru emas yang
telah dipersiapkan sebelumnya. Peluru-peluru itu ditembakkan dan
berjatuhan dekat atau di bawah rumpun bambu yang membentengi Istana
Nusatembini. Para penduduk Nusatembini yang melihat peluru emas
berjatuhan di bawah pepohonan bambu berusaha mengambil peluru-peluru
yang bernilai ekonomi tinggi pada masa itu. Untuk dapat mengambil
peluru tersebut mereka harus menebangi pohon bambu yang berlapis-lapis
tersebut.
Prajurit Pajajaran menyadari
makna peluru emas ternyata sebagai alat memancing penduduk dalam
kerajaan untuk membuka isolasi kerajaan dengan menebang pohon bambu
yang menjadi benteng kerajaan. Sedikit demi sedikit akhirnya Prajurit
Pajajaran semakin dapat bergerak maju setelah dapat melewati
rumpun-rumpun bambu ori yang ditebangi oleh penduduk setempat. Prajurit
Pajajaran akhirnya berhasil memasuki dalam istana setelah berhasil
melampaui tujuh lapis pagar bambu yang telah habis ditebangi penduduk
yang tergiur pada peluru emas yang berjatuhan di bawah pohon bambu.
Cerita tentang adanya peluru emas
ini dapat ditafsirkan dua hal yang menyangkut fakta-fakta historis
dibalik cerita itu. Pertama, konsep senjata api dalam kisah tersebut
menunjukkan bahwa latar belakang cerita itu adalah pada masa Kerajaan
Pajajaran akhir menjelang berkembangnya agana Islam di Nusantara,
kemungkinan abad ke-15 dan ke-16. Hal itu dapat dijelaskan karena
senjata api diperkenalkan oleh orang-orang Portugis dan kemudian
Belanda pada abad-abad tersebut. Kedua, kelemahan suatu negara sehebat
apapun akan dapat dipatahkan dengan kekayaan. Emas yang merupakan
simbol kekayaan yang bernilai ekoomi tinggi telah menggoda rakyat
Nusatembini sehingga dengan mudah dapat disusupi oleh pasukan asing.
Para prajurit Pajajaran akhirnya
dapat memasuki Istana Kerajaan Nusatembini. Mereka bermaksud untuk
menangkap sang ratu. Akan tetapi mereka mengalami kesulitan, sebab sang
ratu memberikan perlawanan. Melihat bahaya yang mengancam, Raja Putri
Nusatembini ini kemudian naik kuda sembrani terbang ke angkasa. Dengan
suara lantang sang putri menantang para prajurit pendatang terebut,
sembari berucap ”Hai prajurit Pajajaran, tunjukkan kesaktian dan
kejantananmu, tangkaplah aku. Kalau dapat menangkap diriku, aku akan
tunduk, Kerajaan Nusatembini aku serahkan kepadamu.” Melihat
keperkasaan sang ratu, pra prajurit Pajajaran menjadi tercengang dan
tidak segera melakukan perlawanan.
Di bagian lain diceritakan bahwa
Patih Harya Tilandanu memasuki ruang dalam istana Nusatembini . Ketika
sedang menjelajahi ruang-ruang tersebut, ia menemukan seorang wanita
yang snagat cantik. Menurut keyakinan masyarakat setempat, putri
terebut adalah Ratu Brantarara, Raja Putri Nusatembini. Sang Patih
berusaha untuk mendekati wanita tersebut, tetapi belum sampai berhasil
mendekat wanita itu lenyap dari pandangan matanya dan berubah menjadi
”golek kencana” (boneka emas). Sang Patih menjadi gemas dan berusaha
untuk memegang golek tersebut, tetapi benda itu melejit dan mengenai
tubuh sang patih hingga terjatuh. Boneka itu mengeluarkan warna
berkilau yang menyebabkan sang patih mengalami kebutaan. Dengan adanya
peristiwa itu, maka usaha utusan Pajajaran untuk mendapatkan air mata
kud asembrani sebagai obat penyembuh putri raja mengalami kegagalan.
Akan tetapi paa prajurit Pajajaran juga tidak berani kembali pulang ke
Pajajaran dengan tangan hampa karena takut ancaman hukuman yang berat
akibat kegagalannya.
Para prajurit Pajajaran kemudian
menetap di daerah Nusatembini, termasuk Patih Harya Tilandanu. Bahkan
Patih Harya Tilandanu ini meninggal dunia di Cilacap dan dimakamkan di
Gunung Batur. Cerita Rakyat Cilacap mengatakan bahwa makamnya di desa
Slarang, Kecamatan Kesugihan, Cilacap. Adipati Gobog
juga menjadi penghuni menetap di wilayah Nusatembini. Mereka meninggal
di wilayah ini dan dimakamkan di sebuah tempat yang terkenal dengan
sebutan makam Adipati Gobog. Lokasi makam itu sebelah selatan jalan Jenderal Sudirman, tidak jauh dengan pasar seleko. Nama Adipati Gobog
sempat diabadikan menjadi nama jalan, sebelum berubah menjadi jalan
Sudirman. Sementara itu Adipati Sendang, makamnya di Desa Donan.
Sumber : Buku Pengkajian dan Penulisan Upacara Tradisional di Kabupaten Cilacap. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah.
0 komentar:
Posting Komentar