Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah
kepada Nabi yang menjadi rahmat bagi semesta alam, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Kenikmatan
surga tidak terkira. Ia menjadi puncak dari sebuah kenikmatan. Nikmat sedikit
di sana lebih baik dari dunia seisinya. Sehingga orang yang cerdas akan
mengejar kenikmatannya walau ia harus mengorbankan sesuatu yang paling berharga
miliknya dari kenikmatan dunia.
Diriwayatkan
dalam Shahihain, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang kenikmatan surga: Allah Ta'ala
berfirman,
أَعْدَدْتُ
لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا
خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
"Aku
telah sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih kenikmatan yang tak ada mata
yang pernah melihatnya, telingan mendengarnya, dan terbersit dalam hati
manusia."
Kemudian
Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu melanjutkan, "Bacalah jika kalian
mau:
فَلَا
تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ
"Tak
seorangpun mengetahui berbagai nikmat menanti yang indah dipandang sebagai
balasan bagi mereka atas apa yang telah mereka kerjakan." (QS.
Al-Sajdah: 17)
Dalam
al-Shahih disebutkan, satu tempat cemeti di surga itu lebih baik dari dunia
seisinya. Dalam riwayat lain, busur anak panah penghuni surga itu lebih baik
dari apa yang karenanya matahari terbit dan tenggelam.
Sementara
kedudukan penghuni surga yang paling rendah adalah seseorang yang memiliki
sepuluh ribu pelayan. Di tangan setiap pelayan terdapat dua piring. Satu piring
terbuat dari emas. Satunya lagi terbuat dari perak. (HR. Al-Thabrani dengan
sanad kuat. Dinukil dari Sifat al-Jannah, Syaikh Wahid Abdussalam Baliy)
Sedangkan
dalam riwayat Muslim disebutkan, orang yang mendapat tempat paling rendah di
surga memiliki seperti yang dimiliki raja dari seorang raja di dunia, bahkan
sepuluh kali lipatnya. Ia memperoleh setiap yang diinginkannya dan apa saja
yang membuatnya bahagia.
Menguatkan
hebatnya kenikmatan surga yang tak seorang pun tahan untuk tidak
mendapatkannya. Kenikmatan tersebut tak mampu diucapkan dengan kata-kata,
dituliskan dengan pena, dan dibayangkan dalam angan. Hal tersebut diterangkan
dalam hadits yang dikeluarkan Imam al-Bukhari, Muslim, dan lainnya yang
membicarakan tentang orang yang terakhir masuk surga dan berada pada tempat
terendah di sana. Ia adalah orang terakhir yang dikeluarkan dari neraka dengan
rahmat Allah Ta'ala, disebabkan bekas sujudnya yang tidak dilalap api neraka.
Saat dikeluarkan, kondisinya gosong. Lalu ia disiram dengan air kehidupan
sehingga tumbuh seperti benih yang disiram air.
Kemudian
Allah Ta'ala memutuskan peradilan di antara hamba-hamba-Nya. Maka ada seorang
laki-laki yang berada di antara surga dan neraka dengan wajah yang menghadap ke
neraka. ketika itu ia meminta kepada Allah Ta'ala agar wajahnya dipalingkan
dari neraka karena teracuni oleh anginnya dan terbakar oleh hawa panasnya. Lalu
ia disumpah agar tidak meminta yang lainnya saat sudah diselamatkan. Ia pun
menyanggupinya. Lalu Allah Ta'ala memalingkan wajahnya dari neraka dan
dihadapkan ke surga sehingga ia bisa melihat kemewahannya. Maka ia terdiam. Kemudian
ia meminta kepada Allah Ta'ala supaya didekatkan kepada pintu surga.
Ketika
didekatkan ke pintu surga ia disumpah agar tidak meminta yang lainnya. Ia pun
menyanggupinya. Ketika ia dibawa mendekat ke pintu surga dan telah sampai di
sana, ia melihat keindahan pemandangan surga dan kesenangan di dalamnya. Ia pun
terdiam. Kemudian ia meminta agar di masukkan ke dalamnya, padahal ia telah
bersumpah untuk tidak meminta yang lainnya.
Dia
meminta agar dimasukkan ke dalam surga agar tidak menjadi makhluk Allah yang
sengsara. Allah Ta'ala tertawa karenanya. Lalu mengizinkannya masuk ke dalam
surga. Di katakan kepadanya, "Berhayallah!" Lalu ia berhayal. Saat
sudah sadar, Allah Ta'ala berfirman kepadanya, "Kamu menghayalkan
(mengangan-angankan) ini dan itu. Semua itu yang semisalnya menjadi
milikmu." Orang yang mendapatkan kenikmatan sepuluh kali lipat kenikmatan
dunia ini adalah orang yang terakhir masuk surga dan paling rendah kedudukannya
di surga.
Semua
ini hendaknya membuat rindu orang-orang beriman kepada balasan baik di akhirat,
yakni mendapat kenikmatan surga. Dunia yang fana dan sementara ini tidak
memalingkan darinya. Sehingga seorang mukmin memiliki semboyan,
اللَّهُمَّ
لاَ عَيْشَ إِلاَّ عَيْشُ الآخِرَهْ
"Ya
Allah, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat. . ." yang
maksudnya: Ya Allah tidak ada kehidupan yang kekal dan yang kami cari kecuali
kehidupan akhirat.
Wallahu Ta'ala a'lam. [PurWD/voa-islam.com]
0 komentar:
Posting Komentar