Bertaubat,
Lalu Bermaksiat Lagi Dengan Dosa Serupa
Oleh:
Badrul Tamam
Al-Hamdulillah,
segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah
kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan
para sahabatnya, serta umatnya hingga akhir zaman.
Ada
seorang wanita terjerumus ke dalam perbuatan maksiat. Lalu ia menyesalinya
sehingga hal itu menimbulkan gejolak dalam jiwanya. Kemudian ia bertaubat,
menyesal dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Tetapi, di lain waktu ia
terjerumus kembali dalam perbuatan maksiat serupa untuk kedua atau ketiga
kalinya. Sehingga lama kelamaan tidak lagi ada rasa menyesal dan gejolak dalam
dirinya sebagaimana yang dahulu. Tetapi ia masih tetap melazimi taubat sesudah
mengerjakan maksiat tersebut, walaupun tidak ada rasa penyesalan lagi. Ia
sangat sadar dan paham, taubat tidak akan diterima kecuali terpenuhi
syarat-syaratnya, di antaranya adalah penyesalan. Jika demikian bagaimana hukum
taubat semacam ini? Apakah taubatnya bisa diterima? Apa yang harus dia lakukan?
Sesungguhnya
kewajiban bagi seseorang yang sudah terjerumus ke dalam perbuatan maksiat agar
ia menyesalinya, yakni dengan penyesalan yang sesungguhnya atas perbuatannya
yang telah dikerjakannya itu. Ia bertekad untuk meninggalkannya dengan
sepenuhnya karena takut kepada Allah dan bentuk pengagungan kepada-Nya. Lalu ia
tanamkan dalam dirinya untuk tidak mengulanginya kembali jika datang situasi
dan kondisi serupa. Di samping itu ia beristighfar dan meminta ampun kepada
Allah atas kekhilafannya. Jika demikian kondisinya, pastilah Allah akan
mengampuni kesalahannya tersebut.
Jika
ternyata ia terjerumus kembali ke dalam perbuatan maksiat serupa untuk kedua
kalinya, maka ia telah melakukan dosa yang baru. Sementara dosanya yang lalu yang
ia sudah bertaubat darinya dengan taubat tulus telah terhapus dan hilang. Namun
tetap baginya untuk bersungguh-sungguh dan jujur untuk tidak terjerumus
kembali. Yang perlu juga dilakukan, ia senantiasa meminta pertolongan dan
taufiq kepada Allah Ta'ala. Tidak perlu ia menyiksa diri dan merana
berkepanjangan karena maksiat yang telah diperbuatnya.
Hendaknya ia mengingat
berita gembira bagi orang-orang yang bertaubat, di antaranya firman Allah
Ta'ala:
وَتُوبُوا
إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung." (QS. Al-Nuur: 31)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى
رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ
"Hai
orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang
semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu
dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
. . " (QS. Al-Tahrim: 8)
قُلْ
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ
رَحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ
"Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. Az-Zumar : 53)
Dalam
ayat di atas, Allah 'Azza wa Jalla menjanjikan taubat dan ampunan
kepada hamba-hamba-Nya apabila mereka bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya
dengan tulus dan penuh penyesalan. Dalam ayat di atas juga terdapat larangan
berputus asa dari rahmat Allah, bahwa Dia pasti akan mengampuni dosanya.
Sedangkan Allah adalah tidak akan bohong dalam janji-Nya.
Dalam
khazanah hadits Nabawi juga terdapat banyak keterangan tentang keutamaan taubat
dan pahala besar yang ada di dalamnya. Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri Radliyallah
'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ
اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ
وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ
الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
"Sungguh
Allah 'Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk merima
taubat pelaku dosa di siang hari, dan akan membentangkan tangan-Nya pada malam
hari untuk menerima taubat pelaku dosa di malam hari." (HR. Imam
Muslim)
Diriwayatkan
dari Rifa'ah Al-Juhni, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ
اللهَ يُمْهِلُ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ مِنْ اللَّيْلِ نِصْفُهُ أَوْ ثُلُثَاهُ قَالَ
لا يَسْأَلَنَّ عِبَادِي غَيْرِي مَنْ يَدْعُنِي أَسْتَجِبْ لَهُ مَنْ يَسْأَلْنِي
أُعْطِهِ مَنْ يَسْتَغْفِرْنِي أَغْفِرْ لَهُ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
"Sungguh
Allah akan memberi tangguh, sehingga berlalu setengah atau sepertiga malam,
lalu berfirman: 'Hambaku tidak meminta kepada selain-Ku, maka siapa saja yang
berdoa kepada-Ku pasti kan Ku kabulkan, siapa saja yang meminta kepadaku pasti
kan kupenuhi permintaannya, siapa saja yang memohon ampun pada-ku pasti kan
kuampuni sehingga terbit fajar'." (HR. Imam muslim dan Ibnu Majah)
Diriwayatkan
dari Anas bin Malik Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda:
لَلَّهُ
أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ
كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلاةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا
طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا
قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً
عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ
أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ
"Sungguh
Allah sangat gembira dengan taubat hambanya ketika bertaubat kepada-Nya,
melebihi senangnya seorang hamba yang bepergian dengan kendaraannya di sebuah
negeri yang gersang, lalu kendaraannya tadi hilang, padahal bekal makan dan
minumnya berada di atasnya, lalu ia patah harapan untuk mendapatkannya, lalu ia
berteduh di bawah pohon dengan diliputi kekecewaan. Ketika seperti itu,
tiba-tiba kendaraannya berdiri di sampingnya, lalu ia pegang tali kendalinya,
kemudian berkata dengan gembiranya : "Ya Allah, Engkau adalah hambaku
sedangkan akku adalah tuhan-Mu!! Dia telah melakukan kesalahan karena terlalu
gembira." (HR. Muslim)
Sebenarnya
ia ingin berkata: "Ya Allah, Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu". Tapi,
lidahnya terbalik seperti di atas karena kegembiraan yang luar biasa. Maka
Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraannya.
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda:
لَوْ
أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ خَطَايَاكُمْ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ
عَلَيْكُمْ
"Seandainya
kalian semua melakukan kesalahan (dosa), sehingga dosa kalian mencapai setinggi
langit, kemudian kalian bertaubat pasti Allah akan mengampuni kalian."
(HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam al-Shahihah: 2/604)
Diriwayatkan
dari Anas bin Malik Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda:
كُلُّ
بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
"Setiap
anak Adam pasti memiliki kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah
mereka yang mau bertaubat." (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh
Syaikh Al-Albani dalam al Misykah dan shahih sunan Ibni Majah)
Diriwayatkan
dari Abu Ubaidah bin Abdillah dari ayahnya, ia berkata: Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
التَّائِبُ
مِنْ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
"Orang
yang bertaubat dari dosa adalah seperti orang yang tidak memiliki dosa."
(HR. Ibnu Majah dan Al-Baihaqi)
Maka
kewajiban atas orang mukmin yang berdosa, termasuk wanita di atas, adalah
bertaubat dengan jujur dan tulus, menyesal dan meninggalkan perbuatan maksiat
yang ia bertaubat darinya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya, merendahkan
diri kepada Allah dalam meminta taufiq dan terbebas dari maksiat itu.
Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla adalah Dzat Yang Maha Pemurah bagi
siapa yang sungguh-sungguh memohon dan berdoa kepada-Nya Subhanahu wa Ta'ala.
Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
0 komentar:
Posting Komentar