Oleh:
Badrul Tamam
Al-Hamdulillah,
segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah
atas Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para
sahabatnya.
Ikhlas
adalah harga mati dalam amal shalih yang tidak boleh ditawar. Tanpa ikhlas maka
amal akan sia-sia dan Allah tidak akan menerimanya. Di antara sarana paling
kuat untuk mewujudkannya adalah dengan tidak menampakkan amal kepada manusia.
Karena jiwa itu mudah dan cepat berubah yang terkadang seseorang tak mampu
mengontrolnya. Namun bukan berarti hal ini mengharamkan menampakkan amal secara
total. Karena ada kalanya menampakkan amal itu malah mendatangkan manfaat besar
bagi pelakunya, -selama ia bisa menjaga ikhlash- yakni pahala sebanyak orang
yang mencontoh dan mengikuti amal baiknya tersebut.
Sebenarnya
hukum asal dari beramal shalih adalah ditutupi, tidak ditampakkan. Hal ini
berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
إِن
تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا
الْفُقَرَاء فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ
"Jika
kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan
itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian
kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Baqarah: 271)
Dan
dalam hadits tujuh orang yang akan mendapat naungan Allah pada hari kiamat yang
tiada naungan kecuali naungan-Nya disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam salah satu dari mereka, "Dan laki-laki yang
bersedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa
yang diperbuat tangan kanannya." (Muttafaq 'Alaih)
. . ada kalanya menampakkan amal itu malah mendatangkan
manfaat besar bagi pelakunya, -selama ia bisa menjaga ikhlash- yakni pahala
sebanyak orang yang mencontoh dan mengikuti amal baiknya tersebut. . .
Imam
Al-Bukhari membuat bab "Bab Shadaqah al-Sirr" (Bab Shadaqah secara
tertutup) dan menyebutkan hadits tadi di bawahnya. Namun pada bab sebelumnya
beliau juga membuat judul "Bab Shadaqah al-'Alaniyah" (Bab Shadaqah
Secara Terang-terangan), lalu menyebutkan firman Allah Ta'ala,
الَّذِينَ
يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُم بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلاَنِيَةً فَلَهُمْ
أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
"Orang-orang
yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan
terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
(QS. Al-Baqarah: 274)
Hal
ini menunjukkan bahwa menampakkan amal tidaklah dilarang sepenuhnya selama
pelakunya mampu berlaku ikhlash. Walaupun menyembunyikan amal shalih akan lebih
membuat ikhlas. Sikap para salaf telah menjadi buktinya, di antara contohnya
ada beberapa sahabat Radhiyallahu 'Anhum yang menampakkan amal-amal
mereka karena dibutuhkan.
Tersebut
dalam Shahih Muslim, dari hadits Jarir bin Abdillah Radhiyallahu 'Anhu,
ia berkata: "Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang telanjang kaki dan
telanjang dada berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya mengenakan
pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari kabilah Mudhar atau
seluruhnya dari Mudhar. Lalu wajah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
berubah ketika melihat kefaqiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar, lalu
memerintahkan Bilal untuk adzan. Bilal pun adzan dan iqamat, kemudian beliau
shalat. Setelah selesai beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
"Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS. Al-Nisa': 1)
Dan
satu ayat di surat Al-Hasyar, " . . bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. ." (QS. Al Hasyr:18)
Bersedekahlah
seseorang dari dinarnya, dirhamnya, pakaiannya, takaran sha’ gandumnya, takaran
sha' kurmanya -sampai beliau berkata- walaupun separuh kurma.
Jarir
berkata, ‘Lalu seorang dari Anshar datang membawa satu kantong yang
hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan tidak mampu’.
Jarir
berkata: ‘Kemudian orang-orang silih berganti memberi sampai aku melihat
makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah Rasulullah Shallallahu’Alaihi
Wasallam bersinar seperti emas." (HR. Muslim)
. . . menampakkan amal tidaklah dilarang sepenuhnya selama pelakunya
mampu berlaku ikhlash.
Walaupun menyembunyikan amal shalih akan lebih membuat ikhlas. . .
Orang
Anshar ini telah datang membawa sekantong yang hampir-hampir telapaknya tak cukup
membawanya, bahkan tidak lagi cukup. Dan amal ini pastinya terlihat dan
terdengar oleh orang-orang. Maka jika ada mashlahat (kebaikan) yang menuntut
untuk menampakkan amal shalih, maka amal itu diperlihatkan untuk mewujudkan
mashlahat itu saja, tidak lebih.
Hanya
saja apabila seorang muslim atau muslimah menginginkan agar amalnya tersebut
diikuti dan ditiru maka dia harus bersungguh-sungguh mengendalikan dirinya dan
menundukkan hawa nafsunya, karena Syetan pasti akan berusaha memasukkan riya'
atasnya. Wallahu A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
0 komentar:
Posting Komentar