Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah,
keluarga dan para sahabatnya.
Syirik
merupakan dosa yang sangat besar dan bentuk kezaliman yang paling sangat
terhadap Allah Ta'ala. Bagaimana tidak, makhluk yang lemah, senantiasa butuh
kepada rizki Allah, tidak kuasa atas hidup dan matinya sendiri disamakan dengan
Allah Subhanahu wa Ta'ala sang pencipta semua makhluk, pemberi rizki,
menghidupkan dan mematikan mereka, dan Maha kuasa atas segala sesuatu.
Seorang
musyrik menyamakan sesuatu yang tidak memiliki kekuasaan atas apapun jua dengan
Dzat yang semua urusan berada ditangan-Nya. Menyamakan orang fakir dari segala
sisi dengan Zat yang Mahakaya dari berbagai sisi. Menyamakan yang tidak
memberikan rizki sedikitpun dengan Zat yang telah menciptakan apa yang menjadi
rizki bagi manusia dan menganugerahkan semua itu kepadanya. Maka adakah
kezaliman yang lebih dahsyat dari ini?
Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
"Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar." (QS.
Luqman: 13)
Sehingga
patutlah jika orang-orang musyrik dihinakan di neraka dan bertengkar sendiri
dengan apa yang mereka jadikan sekutu bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala,
"Mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam neraka: "Demi
Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita
mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam." (QS. Al-Syu'ara':
96-98)
Begitu
kurang ajarnya tindakan syirik, maka sangat wajar jika Allah ancam keras pelaku
kemusyrikan dengan terhapus semua amal shalihnya, tidak diberi ampunan, haram
masuk surga, dan pasti kekal di neraka.
إِنَّهُ
مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ
النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
"Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi
orang-orang lalim itu seorang penolong pun." (QS. Al-Maidah: 72)
إِنَّ
اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ
يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ باللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
"Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa
yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar."
(QS. Al-Nisa': 48)
Perlu
dipahami, kedua ayat di atas yang menerangkan ancaman perbuatan syirik berlaku
di akhriat. Yakni orang yang bertemu Allah Ta'ala dengan membawa dosa syirik
dan belum bertaubat darinya, maka ia tidak akan disucikan, tidak diampuni dosa
dan kesalahannya, dan diharamkan atasnya masuk surga sehingga ia kekal di
neraka.
Maka
siapa yang saat ia mati masih membawa dosa syirik dan tidak bertaubat darinya
sebelum wafatnya, maka ia tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu
wa Ta'ala. Allah telah haramkan ampunan bagi dosa syirik yang pelakunya
tidak bertaubat sebelum meninggalnya. Hal ini berbeda, -sebagaimana disebutkan
pada ayat yang kedua- dengan dosa selain syirik yang dibawa mati pelakunya, ia
berada di bawah Masyi-Ah (kehendak) Allah. Artinya, jika Allah berkenan
maka akan mengampuninya, dan jika berkehendak lain akan menyiksanya sesuai
dengan banyaknya dosanya lalu akan mengelurkannya dari neraka dan memasukkannya
ke dalam surga. Sehingga tempat singgah terakhirnya adalah di surga. Ini
berlaku bagi seorang Muwahhid yang mati membawa dosa yang tingkatannya
di bawah syirik.
Adakah
Taubat Bagi Pelaku Kesyirikan?
Seseorang
yang telah terjerumus ke dalam kesyirikan lalu sadar akan kesalahannya dan
besarnya dosa yang telah diperbuat, ia tidak boleh berputus asa dari ampunan
dan taubat Allah Ta'ala, "Karena sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12)
Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قُلْ
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ
رَحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ
"Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Zumar: 53)
Ayat
ini berbicara tentang pelaku dosa dalam hukum dunia, sebagai kabar gembira bagi
pelaku maksiat bahwa ia masih memiliki kesempatan untuk diampuni dosa jika
bertaubat sebelum wafat. Bukan hanya dosa yang kategorinya maksiat saja, bahkan
syirik pun masih ada kesempatan mendapat ampunan jika bertaubat sebelum wafat.
Karena Allah menyebutkan, "Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya."
Perlu
dicamkan, ayat ini tidak berlaku di akhirat. Karena jika diterapkan demikian
pastinya akan membatalkan sejumlah nash Al-Qur'an dan sunnah yang berisi
ancaman terhadap dosa syirik yang dibawa mati. Ia juga akan menggugat
kesepakatan umat, tidak ada ampunan bagi pelaku dosa syirik pada hari kiamat di
mana ia belum bertaubat darinya saat masih di dunia. Jika ayat ini dibawa
kepada hukum akhirat, maka batallah keyakinan kaum muslimin bahwa surga tidak
dimasuki kecuali oleh jiwa muslimah atau mukminah. Maka sesatlah pemahaman
orang yang membawa QS. Al-Zumar: 53 ini kepada hukum di akhirat.
Dalil
Adanya Taubat Bagi Pelaku Kesyirikan
Pelaku
kesyirikan masih memiliki kesempatan untuk dihapuskan dosanya selama ia masih
hidup, yakni dengan bertaubat darinya sebelum wafat. Hal ini dikuatkan oleh
beberapa nash Al-Qur'an dan Sunnah Shahihah, antara lain:
Firman
Allah Subhanahu wa Ta'ala,
وَالَّذِينَ
لا يَدْعُونَ مَعَ اللهِ إِلَهاً آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي
حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ
أَثَاماً . يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ
مُهَاناً إِلاَّ مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحاً فَأُولَئِكَ
يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللهُ غَفُوراً رَحِيماً
"Dan
orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang
benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada
hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali
orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang." (QS. Al-Furqan: 68-70)
Ayat
di atas sangat jelas menunjukkan adanya ampunan Allah Ta'ala bagi semua dosa,
sampai syirik, selama ia bertaubat sebelum wafat. Bahkan ayat menerangkan
keutamaan besar bagi mereka yang bertaubat, yakni diganti keburukannya dengan kebaikan.
Dari
Abu Farwah rahimahullah, dia mendatangi Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam dan berkata: "(Ya Rasulullah!) bagaimana menurutmu,
jika ada seseorang yang mengerjakan semua perbuatan dosa dan tidak meninggalkan
satu perbuatan dosa pun serta tiada keinginan untuk berbuat dosa kecuali ia
lakukan. Apakah ada taubat baginya untuk semua itu?"
Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya: "Apakah kamu sudah masuk
Islam?"
Ia
menjawab, "Adapun saya bersaksi tiada sesembahan yang hak kecuali Allah
dan bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah."
Beliau
bersabda: "Berbuat baiklah dan tinggalkan perbuatan buruk, maka Allah akan
menjadikan semua perbuatan buruk itu sebagai kebaikan bagimu." Ia berkata:
"penghianatan dan kejahatanku?" Beliau menjawab: "ya." Ia
terus menerus bertakbir hingga tidak terlihat lagi." (HR. Thabrani)
Hal
ini berbeda dengan orang yang memberikan sesembahan kepada selain Allah dan
tidak bertaubat darinya hingga wafat. Ia berjumpa dengan Allah dengan membawa
dosa syirik tersebut, maka bagiannya adalah, "Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampuni dosa syirik." (QS. Al-Nisa': 48)
Adapun
Hadits, sangat banyak sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang
menjelaskan adanya harapan ampunan bagi pelaku kesyirikan yang bertaubat
sebelum wafat. Di antaranya, hadits Qudsi yang dikeluarkan Imam al-Tirmidzi,
يا
ابنَ آدم إنَّك لو أَتَيتَني بِقُرابِ الأرضِ خَطايا ، ثمَّ لَقِيتَني لا تُشركُ
بي شَيئاً ، لأتيتُكَ بِقُرابها مغفرةً
"Wahai
Anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa
sepenuh bumi, lalu engkau berjumpa dengan-Ku tanpa menyekutukan sesuatu
dengan-Ku, pasti Aku akan datangkan kepadamu ampunan sebanyak itu."
Sahabat
Jabir Radhiyallahu 'Anhu menuturkan, ada seorang laki-laki datang kepada
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam lalu bertanya, "Ya Rasulallah,
apa dua hal yang paling menentukan?" Beliau menjawab,
مَنْ
مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللهُ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ
بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
"Siapa
yang mati sedangkan ia tidak menyekutukan Allah dengan apapun juga, pasti ia
masuk surga. Siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu,
pasti masuk neraka." (HR. Muslim)
Sedangkan
diketahui, seseorang yang bertaubat dari dosa, ia laksana orang yang tidak
melakukan dosa tersebut,
اَلتَّائِبُ
مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
"Orang
yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa." (HR. Ibnu
Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
Penutup
Setiap
muslim yang menyadari keagungan Tuhan-Nya pastilah akan menganggap besar dosa
kesyirikan terhadap Allah, sampaipun syirik kecil. Sehingga ia benar-benar
menjauhi kesyirikan, takut kepadanya, berlindung dari terjerumus ke dalamnya,
dan meminta ampun atas kesyirikan yang tidak disadarinya. Dan jika pernah
terjerumus ke dalamnya, ia bertaubat kepada Allah darinya. Dan siapa yang
bertaubat dari salah satu bentuk dosa, maka ia laksana orang yang tak pernah
melakukan dosa tersebut. Wallahu Ta'ala a'lam. [PurWD/voa-islam.com]
0 komentar:
Posting Komentar