Diedit menjadi artikel berdasarkan tulisan Buya HAMKA
Alam takambang jadi guru dan diberi roh oleh Islam. Konsep ABS-SBK adalah kristalisasi ajaran hukum alam yang bersumber dari Islam. Yang
diperlukan sekarang adalah pemantapan dan pengamalan. Maka,
prinsip-prinsip ABS-SBK harus masuk ke dalam seluruh kehidupan secara
komprehensif.
Dengan perpaduan yang baik, kebudayaan Minangkabau akan berlaku
universal. Langkah sekarang adalah, menjabarkan ajaran ABS-SBK, secara
sistematis dan terprogram ke dalam berbagai sistem kehidupan. Dimulai
dalam pelaksanaan pemerintahan di tingkat Nagari, seperti, kebersamaan, gotong royong, sahino samalu, kekerabatan, dan penghormatan sesama, atau barek sapikue ringan sajinijing, yang menjadi kekuatan di dalam incorporated social responsibility.
Kekusutan dalam masyarakat Minangkabau, khususnya di tingkat
Nagari-nagari dapat diatasi dengan komunikasi dengan generasi muda.
Persoalan prilaku harus mendapatkan porsi yang besar, selain persoalan
kelembagaan. Prilaku orang Minang terutama generasi muda sangat
mengkhawatirkan.
Selain lemahnya komunikasi, masalah yang
muncul di Nagari adalah rapuhnya solidaritas. Diperlukan sosialisasi
nilai-nilai budaya Minangkabau. Selanjutnya, membentuk kembali struktur
masyarakat adat di Nagari-nagari.
Sebagai masyarakat beradat dengan pegangan adat bersendi syariat dan syariat yang bersendikan Kitabullah, maka kaedah-kaedah adat itu memberikan pula pelajaran-pelajaran antara lain,
1. Mengutamakan prinsip hidup seimbang.
Ketahuilah bahwa ni’mat Allah, sangat banyak.
“Dan jika kamu menghitung-hitung ni’mat Allah, niscaya kamu
tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengampun lagi maha Penyayang” (QS.16, An Nahl : 18).
Hukum Islam menghendaki keseimbangan antara perkembangan hidup rohani dan perkembangan jasmani ; “Sesungguhnya
jiwamu (rohani-mu) berhak atas kamu (supaya kamu pelihara) dan badanmu
(jasmanimu) pun berhak atasmu supaya kamu pelihara” (Hadist).
Keseimbangan tampak jelas dalam menjaga kemakmuran di ranah ini, “Rumah
gadang gajah maharam, Lumbuang baririk di halaman, Rangkiang tujuah
sajaja, Sabuah si bayau-bayau, Panenggang anak dagang lalu, Sabuah si
Tinjau lauik, Birawati lumbuang nan banyak, Makanan anak kamanakan.
Manjilih ditapi aie, Mardeso di paruik kanyang.
Hal ini seiring dengan bimbingan hadist Rasul SAW, “Berbuatlah
untuk hidup akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok dan berbuatlah
untuk hidup duniamu, seolah-olah akan hidup selama-lamanya” (Hadist).
2. Kesadaran kepada luasnya bumi Allah.
Dianjurkan, jangan tetap tinggal terkurung dalam lingkungan yang
kecil. Diajarkan, bahwa Allah SWT telah menjadikan bumi mudah untuk
digunakan. Maka, berjalanlah di atas permukaan bumi, makanlah dari
rezekiNya, kepadaNya lah tempat kamu kembali.
Maaka berpencarlah kamu di atas bumi, dan carilah karunia Allah
dan (di samping itu) banyaklah ingat akan Allah, supaya kamu mencapai
kejayaan”. (QS.62, Al Jumu’ah : 10).
Karatau madang dihulu babuah babungo balun. Marantau buyuang dahulu dirumah paguno balun. Ditanamkan pentingnya kehati-hatian “Ingek sa-balun kanai, Kulimek sa-balun abih, Ingek-ingek nan ka-pai, Agak-agak nan ka-tingga”.
3. Mencari nafkah dengan “usaha sendiri”.
Memiliki jati diri, self help, mandiri dengan modal tulang delapan kerat, dengan cara yang amat sederhana sekalipun, “lebih terhormat”, daripada meminta-minta dan menjadi beban orang lain.
Arahan syarak menyebutkan, “Kamu ambil seutas tali, dan dengan
itu kamu pergi kehutan belukar mencari kayu bakar untuk dijual
pencukupan nafkah bagi keluargamu, itu adalah lebih baik bagimu dari
pada berkeliling meminta-minta”. (Hadist).
Membiarkan diri hidup dalam kemiskinan dengan tidak berusaha adalah salah. “Kefakiran (kemiskinan) membawa orang kepada kekufuran (keingkaran)” (Hadist).
4. Tawakkal dan bekerja dengan tidak boros.
Kerja merupakan unsur utama produksi untuk memenuhi hak hidup, hak
keluarga, dan masyarakat guna mendorong fungsi produksi dalam
mengoptimalkan sumberdaya insani yang mengacu full employment.
Syarak (agama Islam) menghargai kerja sebelum menghargai produknya,
sehingga aktivitas produksi yang padat karya lebih disenangi daripada
padat modal, karena model ini lebih memberdayakan produsen. Menjadi
pengemis sangat dibenci. Mencari dan berproduksi selalu diiringkan
dengan tawakal.
Tawakkal bukan berarti “hanya menyerahkan nasib”, dengan tidak
berbuat apa-apa, menunggu datangnya rezki dan takdir, tanpa mau
berusaha, atau bersikap fatalis, adalah satu kesalahan besar. Jangan
kamu menadahkan tangan dan berharap, “Wahai Tuhanku, berilah aku
rezeki, berilah aku rezeki”, sedang kamu tidak berikhtiar apa-apa.
Langit tidak menurunkan hujan emas ataupun perak. Dan, “Bertawakkallah kamu, seperti burung itu bertawakkal”. Tak
ada kebun tempat ia bertanam, tak ada pasar tempat ia berdagang. Tetapi
tak kurang, setiap pagi dia terbang meninggalkan sarangnya dalam
keadaan lapar, dan setiap sore dia kembali dalam keadaan “kenyang”.
5. Kesadaran kepada ruang dan waktu,
Dorongan berproduksi dan menghasilkan sesuai syarak (Islam) memiliki nilai tambah dengan adanya fungsi sosial.
Produksi yang Islami lebih mempertimbangkan keperluan (needs) orang banyak, dibanding dengan mendapatkan keinginan (wants), yang menjadi kesenangan bagi orang berdaya beli kuat.
Agama Islam membangkitkan kesadaran kepada ruang dan waktu (space and time consciousness),
kepada peredaran bumi, bulan dan matahari, yang menyebabkan pertukaran
malam dan siang, dan pertukaran musim, yang memudahkan perhitungan
bulan dan tahun.
Menyia-nyiakan waktu, dengan pasti akan merugi. Maka, kehidupan mesti diisi dengan amal berguna.
” dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan ” (QS.78, An Naba’ : 10-11).
Malam itu disebut sebagai pakaian, karena malam itu gelap menutupi jagat sebagai aian menutupi tubuh manusia.
6. Harus pandai mengendalikan diri.
Jangan melewati batas, dan berlebihan. Jangan boros.
“Wahai Bani Adam, ailah perhiasanmu, pada tiap-tiap (kamu pergi)
ke masjid (melakukan ibadah); dan makanlah dan minumlah, dan jangan
melampaui batas; sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas”. (QS..7, Al A’raf : 31)
Manusia diharuskan berusaha membanting tulang dan memeras otak,
untuk mengambil sebanyak-banyak faedah dari alam sekelilingnya, dan
menikmatinya sambil mensyukurinya. Tuntutan syar’i (syarak mangato adaik mamakai) adalah, beribadah kepada Ilahi.
Manusia harus menjaga diri dari perbuatan yang melanggar batas-batas
kepatutan dan kepantasan, agar jangan terbawa hanyut oleh materi dan
hawa nafsu yang merusak. Satu bentuk persembahan manusia kepada Maha
Pencipta, yang menghendaki keseimbangan antara kemajuan di bidang
rohani dan jasmani. Sikap hidup (attitude towards life) yang demikian, menjadi sumber motivasi bagi kegiatan di bidang ekonomi.
Tujuan terutama untuk keperluan-keperluan jasmani (material needs).
Hasil nyata tergantung kepada dalam dangkalnya sikap hidup tersebut
berurat dalam jiwa, serta tingkat kecerdasan yang dicapai, dan keadaan
umum di mana mereka berada.
Yang perlu dijaga ialah supaya dalam segala sesuatu harus pandai mengendalikan diri, agar jangan melewati batas, dan berlebihan.
“Ka lauik riak mahampeh, Ka karang rancam ma-aruih, Ka pantai
ombak mamacah. Jiko mangauik kameh-kameh, Jiko mencancang, putuih –
putuih, Lah salasai mangko-nyo sudah”.
Artinya bekerja sepenuh hati, dengan mengerahkan semua potensi yang
ada, tidak menyisakan kelalaian ataupun ke-engganan. Tidak berhenti
sebelum sampai, dan tidak berakhir sebelum benar-benar sudah.
QS.4, An Nisa : 97.
Ucapan Khalifah Umar bin Khattab, yang ditujukan kepada seorang pemuda yang hanya berdoa tanpa berusaha.
Atsar dari Shahabat.
ibid. QS.16 : 17 dan QS.14,Ibrahim : 33.
0 komentar:
Posting Komentar