Sejak lama dan belakangan, Malaysia dan Indonesia selalu mengalami
pasang surut dalam pemberitaan tentang keduanya.. Saling klaim itulah,
inilah… kasus ini dan kasus itulah… Belum lama ada masalah budaya,
timbul lagi masalah makanan, masalah batas wilayah negara lah dan
sebagainya.. Pendek kata pemberitaan tentang hubungan kedua negara tidak pernah surut dan tidak pernah habis-habisnya..
Yang Saya Tahu,
Di Malaysia, banyak sekali warga negaranya yang sejak ratusan tahun
yang lalu tinggal dan menetap di sana… Tidak ada negeri satupun di
negara ini yang tidak ditempati penduduk asal Indonesia… sebut saja
dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bangka, Bali, Lombok dan
sebagainya. Pendek kata orang Malaysia asal Indonesia memang banyak
sekali..
Menetapnya orang Malaysia yang berasal dari penjuru tanah air Indonesia
itu bukan dengan tangan kosong… Mereka datang ke sana membawa budaya,
membawa berbagai jenis makanan, berbagai jenis ketrampilan dan berbagai
jenis corak kehidupan mereka dari negara asalnya.
Tentu saja, setelah mereka menetap di sana mereka juga melakukan
perbaikan ataupun modifikasi dalam banyak hal. Meskipun demikian ada
sejumlah jenis makanan yang memang sama persis dengan yang ditemukan di
Indonesia.
Rendang, juadah, keropok lekor (sejenis pempek), pindang, batik,
tari-tarian, gamelan, angklung dan sebagainya merupakan contoh kecil
dari budaya, adat, ketrampilan yang ada beserta mereka sejak ratusan
tahun yang lalu. Belum lagi yang lainnya.
Lalu apakah mereka ini mencaplok budaya indonesia. Atau mereka mengklaim sesuatu yang asli Indonesia? Jawab saja sendiri…
Untuk kita ketahui bersama bahwa sebelum kedatangan Belanda dan
Inggris, tidak ada Malaysia, tidak ada Indonesia. Semua adalah orang
Melayu dan kebanyakan beragama Islam. Semua bersaudara, semua satu
rumpun. Anda mau ke Semenanjung atau anda mau ke Sumatera di kala itu
silakan saja. Tidak ada paspor, tidak ada border pass. Monggo, silakan,
nggak ada yang marah. Mau masak rendang ok, mau bawa gamelan silakan,
mau tari itu mau tari ini, mau pencak silat silakan. Semua satu rumpun.
Lalu mengapa setelah sekarang 50-70 tahun lepas dari Belanda dan atau Inggris kita “tidak akor”? Semestinya tidak perlu..
Pada zaman Soeharto berkuasa hubungan Mahatir dan Soeharto sangat
akrab. Sampai-sampai ada satu kawasan FELDA (semacam transmigrasi di
Indoensia) yang dinamakan KAMPUNG SOEHARTO. Di Indonesia, diisukan
bahwa Soeharto menanam investari di negara Jiran itu trilyunan rupiah
karena membeli kawasan subur di Selangor sebagai aset pribadi. Ternyata
itu tidak benar. Sama saja dengan Bukit Soeharto di Kalimantan. Apa itu
adalah milik Soeharto ternyata tidak.
Pada waktu yang punya tulisan bermukim di negeri Siti Nurhalizah ini
sekitar 3 tahun, tidak pernah pusing dengan pemberitaan di media
tentang “permusuhan” kedua negara - Malaysia dan Indonesia. Karena hal
itu dianggap sebagai hal yang wajar saja. Dalam satu keluarga biasa
saja jika terjadi selisih faham antara anak dengan ayah, istri dengan
suami, saudara dengan saudara… tetapi semangatnya adalah tetap satu
keluarga… Tidak mungkin dihapus hubungan emosional antara Malaysia dan
Indonesia dalam banyak hal - mulai dari satu keluarga sebagai melayu
dan sebagai satu rumpun karena pada zaman dulu Malaysia-Indonesia sama
seperti satu rumpun bambu. Bambu yang sama tetapi anak dan rebungnya
berpindah ke tanah yang berbeda tetapi asal dan usulnya sama.
Dengan tulisan ini, saya ingin menyampaikan kepada kita semua… mari
kita pupuk semangat satu melayu, satu ASEAN dan satu Nusantara antara
bangsa2 di ASEAN… Sekali satu tetap satu…
salam untuk teman2 komapsianer di Malaysia dan Indonesia
http://sejarah.kompasiana.com/2012/06/23/malaysia-vs-indonesia-mengapa-tidak-akur/
0 komentar:
Posting Komentar