PRAKATA
Thariq bin Ziyad adalah Panglima Besar Islam pada masa Daulat
Umayyah. Pada bulan Rajab 97 H, tepatnya bulan Juli 711 M, Gubernur
Afrika Utara yang bernama Musa bin Nusair memerintahkan Panglima Perang
Tariq bin Ziyad untuk menaklukkan Andalusia. Dengan gagah berani Tariq
bertempur dan menaklukkan kota-kota di Andalusia. Dalam waktu singkat
ia berhasil menguasai lebih dari setengah wilayah Andalusia.
SEJARAH
ANDALUSIA (Andalucía) adalah “nama Islam” negara Spanyol saat
dikuasai oleh kekhalifahan Islam. Saat ini ia merupakan sebuah wilayah
otonomi yang paling padat penduduknya dan yang kedua terbesar dari 17
wilayah Spanyol. Ibu kotanya Sevilla.
Laut Mediterania dan Samudera Atlantik yang mengapit Andalusia
menjadi salah satu keunikan wilayah ini. Nama Andalusia sendiri berasal
dari bahasa Arab, Al-Andalusi, merujuk pada jazirah Iberia yang dulu
berada dalam wilayah kekuasaan khilafah Islam.
Andalusia terkenal karena arsitektur-nya, peninggalan peradaban umat
Islam. Monumen-monumen terkenal di Anda-lusia antara lain adalah Istana
Alhambra di Granada dan Mesjid Cordoba.
Andalusia menjadi bagian dari catatan emas kegemilangan umat Islam.
Bermula pada Mei 711 Masehi, saat Thariq bin Ziyad bersama pasukannya
memasuki Selat Gibraltar di teluk Algeciras, perkembangan kebudayaan
Islam dan kerajaan-kerajaan Islam mulai bercokol di bumi Spanyol.
Berkat kedatangan Islam di Andalusia, hampir delapan abad lamanya kaum
Muslim mengusasi kota-kota penting, seperti Toledo, Saragosa, Cordoba,
Valencia, Malaga, Seville, Granada dan sebagainya.
Di negeri inilah kemudian lahir tokoh-tokoh Muslim ternama yang
menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan menjadi guru bagi bangsa Eropa.
Di antara cendekiawan asal Andalusia tercatat Ibnu Thufail (1107-1185)
atau Abu Bakr Muhammad ibn Abdul Malik ibn Muhammad ibn Muhammad ibn
Thufail al-Qisi politisi, dokter, sekaligus ahli filsafat dan guru Ibnu
Rusyd (Averroes); Al-Idrisi (1100 M) atau Abu Abadallah Muhammad
al-Idrisi (ahli geografi); Abu Muhammad ibn Baitar atau Ibnu Baitar
(1190-1248); Ibnu Bajjah (1082-1138) atau Abu Bakr Muhammad Ibn Yahya
al-Saigh (ahli matematika, fisika, astronomi, kedokteran, filsafat, dan
penyair kelahiran Zaragoza).
Nama populer lainnya adalah Ibnu Rusyd atau Averroes (1126-1198)
yang lahir di Cordova — nama lengkapnya Abdul Walid Muhammad bin Ahmad
bin Muhammad Ibnu Rusyd (ahli hukum, ilmu hisab, kedokteran, dan ahli
filsafat). Karya besar yang di tulis oleh Ibnu Rusyd adalah Kitab
Kuliyah fith-Thibb (Encyclopaedia of Medicine); Ibnu Zuhr (1091-1162)
atau Abumeron/Avenzoar yang lahir di Seville — ahli fisika dan
kedokteran; Ibnu Arabi (1164-1240) alias Ibnu Suraqah, Ash-Shaikhul
Akbar, atau Doktor Maximus yang bernama lengkap Syekh Mukhyiddin
Muhammad Ibnu ‘Ali. Ia menulis lebih dari 500 buah buku, antara lain
Tafsir Al-Qur’an, Muhadaratul Abrar, dan Futuhat.
Hampir delapan abad lamanya Islam berkuasa di Andalusia sejak 711 M,
hingga berakhirnya kekuasaan Islam di Granada pada 2 Januari 1492 M / 2
Rabiul Awwal 898 H.
Sejarah Andalusia tidak bisa dilepaskan dari sosok panglima Islam Thariq Ibn Ziyad, sang penakluk.
MASA KELAM DI EROPA
Setelah Rasulullah saw. wafat, Islam menyebar dalam spektrum yang
luas. Tiga benua lama -Asia, Afrika, dan Eropa-pernah merasakan rahmat
dan keadilan dalam naungan pemerintahan Islam. Tidak terkecuali Spanyol
(Andalusia). Ini negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam
pelukan Islam di zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umaiyah.
Sebelumnya, sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai bangsa Gotic,
Jerman. Raja Roderick yang berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan lalim.
Ia membagi masyarakat Spanyol ke dalam lima kelas sosial. Kelas pertama
adalah keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para
penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki para pendeta. Kelas ketiga diisi
para pegawai negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai
kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa
sebagai alat memeras rakyat.
Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan kelompok masyarakat
yang hidup cukup lainnya. Mereka dibebani pajak dan pungutan yang
tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan,
pelayan, dan budak. Mereka paling menderita hidupnya.
Akibat klasifikasi sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan.
Sebagian besar mereka hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah
Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa bin Nusair, mereka merasakan
keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati kemakmuran. Para
imigran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Kristen. Bahkan,
Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya Florinda -yang dinodai
Roderick-ikut mengungsi.
AWAL PENAKLUKAN
Melihat kezaliman itu, Musa bin Nusair berencana ingin membebaskan
rakyat Spanyol sekaligus menyampaikan Islam ke negeri itu. Khalifah
Al-Walid bin Abdul Malik memberi izin. Musa segera mengirim Abu Zar’ah
dengan 400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan berkuda
menyeberangi selat antara Afrika Utara dan daratan Eropa.
Kamis, 4 Ramadhan 91 Hijriah atau 2 April 710 Masehi, Abu Zar’ah
meninggalkan Afrika Utara menggunakan 8 kapal dimana 4 buah adalah
pemberian Gubernur Julian. Tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23 April 710
H, di malam hari pasukan ini mendarat di sebuah pulau kecil dekat Kota
Tarife yang menjadi sasaran serangan pertama.
Di petang harinya, pasukan ini berhasil menaklukan beberapa kota di
sepanjang pantai tanpa perlawanan yang berarti. Padahal jumlah pasukan
Abu Zar’ah kalah banyak. Setelah penaklukan ini, Abu Zar’ah pulang.
Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah ini membangkitkan semangat Musa bin
Nusair untuk menaklukan seluruh Spanyol. Maka, ia memerintahkan Thariq
bin Ziyad membawa pasukan untuk penaklukan yang kedua.
PENGENALAN
Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Walgho bin Walfajun bin Niber
Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau adalah putra suku Ash-Shadaf,
suku Barbar, penduduk asli daerah Al-Atlas, Afrika Utara. Ia lahir
sekitar tahun 50 Hijriah. Ia ahli menunggang kuda, menggunakan senjata,
dan ilmu bela diri. Beliau adalah seorang jendral dari dinasti Umayyah yang memimpin penaklukan muslim atas wilayah Al-Andalus (Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar dan sekitarnya) pada tahun 711 M.
Pada tanggal 29 April 711, pasukan tariq mendarat di Gibraltar (nama gibraltar berasal dari bahasa Arab, Jabal Tariq yang artinya gunung Tariq)
KEPEMIMPINAN THARIQ BIN ZIYAD
Tidak ada jalan untuk melarikan diri! Laut di belakang kalian,
dan musuh di depan kalian: Demi Allah, tidak ada yang dapat kalian
sekarang lakukan kecuali bersungguh-sungguh penuh keikhlasan dan
kesabaran.
Senin, 3 Mei 711 M, Thariq membawa 70.000 pasukannya menyeberang ke
daratan Eropa dengan kapal. Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia
mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit karang yang sekarang dikenal
dengan nama Gibraltar -diambil dari bahasa Arab “Jabal Thariq”, Bukit
Thariq. Lalu ia memerintahkan pasukannya membakar semua armada kapal
yang mereka miliki.
Pasukannya kaget. Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?” “Kalau
kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?” tanya yang
lain.
Dengan pedang terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata, “Kita
datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan:
menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua syahid ”
Keberanian dan perkataannya yang luar biasa menggugah Iqbal, seorang
penyair Persia, untuk menggubahnya dalam sebuah syair berjudul”Piyam-i
Mashriq”: “Tatkala Tariq membakar kapal-kapalnya di pantai Andalusia
(Spanyol), Prajurit-prajurit mengatakan, tindakannya tidak bijaksana.
Bagaimanabisa mereka kembali ke negeri Asal, dan perusakan peralatan
adalahbertentangan dengan hukum Islam. Mendengar itu semua, Tariq
menghunus pedangnya, dan menyatakan bahwa setiap negeri kepunyaan Alloh
adalah kampung halaman kita.”
Kini pasukannya paham. Mereka menyambut panggilan jihad Panglima Perang mereka itu dengan semangat berkobar.
Lalu Thariq melanjutkan briefingnya. “Wahai seluruh pasukan, kalau
sudah begini ke mana lagi kalian akan lari? Di belakang kalian ada laut
dan di depan kalian ada musuh. Demi Allah swt., satu-satunya milik
kalian saat ini hanyalah kejujuran dan kesabaran. Hanya itu yang dapat
kalian andalkan.
Musuh dengan jumlah pasukan yang besar dan persenjataan yang lengkap
telah siap menyongsong kalian. Sementara senjata kalian hanyalah
pedang. Kalian akan terbantu jika kalian berhasil merebut senjata dan
perlengkapan musuh kalian. Karena itu, secepatnya kalian harus bisa
melumpuhkan mereka. Sebab kalau tidak, kalian akan menemukan kesulitan
besar. Itulah sebabnya kalian harus lebih dahulu menyerang mereka agar
kekuatan mereka lumpuh. Dengan demikian semangat juang kita akan
bangkit.
Musuh kalian itu sudah bertekad bulat akan mempertahankan negeri
mereka sampai titik darah penghabisan. Kenapa kita juga tidak bertekad
bulat untuk menyerang mereka hingga mati syahid? Saya sama sekali tidak
bermaksud menakut-nakuti kalian. Tetapi marilah kita galang rasa saling
percaya di antara kita dan kita galang keberanian yang merupakan salah
satu modal utama perjuangan kita.
Kita harus bahu membahu. Sesungguhnya saya tahu kalian telah
membulatkan tekad serta semangat sebagai pejuang-pejuang agama dan
bangsa. Untuk itu kelak kalian akan menikmati kesenangan hidup,
disamping itu kalian juga memperoleh balasan pahala yang agung dari
Allah swt. Hal itu karena kalian telah mau menegakkan kalimat-Nya dan
membela agama-Nya.
Percayalah, sesungguhnya Allah swt. adalah penolong utama kalian.
Dan sayalah orang pertama yang akan memenuhi seruan ini di hadapan
kalian. Saya akan hadapi sendiri Raja Roderick yang sombong itu.
Mudah-mudahan saya bisa membunuhnya. Namun, jika ada kesempatan, kalian
boleh saja membunuhnya mendahului saya. Sebab dengan membunuh penguasa
lalim itu, negeri ini dengan mudah kita kuasai. Saya yakin, para
pasukannya akan ketakutan. Dengan demikian, negeri ini akan ada di
bawah bendera Islam.”
Mendengar pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick mempersiapkan
100.000 tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung
pasukannya itu. Musa bin Nusair mengirim bantuan kepada Thariq hanya
dengan 5.000 orang. Sehingga total pasukan Thariq hanya 12.000 orang.
Ahad, 28 Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu
antara Pasukan Islam dikomandoi Thariq bin Ziyad dengan Pasukan Nasrani
dikomandoi Raja Roderick dan bertempur di muara Sungai Barbate. Pasukan
muslimin yang kalah banyak terdesak. Julian dan beberapa orang anak
buahnya menyusup ke kubu Roderick. Ia menyebarkan kabar bahwa pasukan
muslimin datang bukan untuk menjajah, tetapi hanya untuk menghentikan
kezaliman Roderick. Jika Roderick terbunuh, peperangan akan dihentikan.
Usaha Julian berhasil. Sebagian pasukan Roderick menarik diri dan
meninggalkan medan pertempuran. Akibatnya barisan tentara Roderick
kacau. Thariq memanfatkan situasi itu dan berhasil membunuh Roderick
dengan tangannya sendiri. Mayat Roderick tengelam lalu hanyat dibawa
arus Sungai Barbate.
Terbunuhnya Roderick mematahkan semangat pasukan Spanyol. Markas
pertahanan mereka dengan mudah dikuasai. Keberhasilan ini disambut
gembira Musa bin Nusair. Baginya ini adalah awal yang baik bagi
penaklukan seluruh Spanyol dan negara-negara Eropa.
Setahun kemudian, Rabu, 16 Ramadhan 93 H, Musa bin Nusair bertolak
membawa 10.000 pasukan menyusul Thariq. Dalam perjalanan ia berhasil
menaklukkan Merida, Sionia, dan Sevilla. Sementara pasukan Thariq
membagi pasukannya untuk menaklukkan Cordova, Granada, dan Malaga. Ia
sendiri membawa sebagian pasukannya menaklukkan Toledo, ibukota Spantol
saat itu. Semua ditaklukkan tanpa perlawanan.
Pasukan Musa dan pasukan Thariq bertemu di Toledo. Keduanya
bergabung untuk menaklukkan Ecija. Setelah itu mereka bergerak menuju
wilayah Pyrenies, Perancis. Hanya dalam waktu 2 tahun, seluruh daratan
Spanyol berhasil dikuasai. Beberapa tahun kemudian Portugis mereka
taklukkan dan mereka ganti namanya dengan Al-Gharb (Barat).
Sungguh itu keberhasilan yang luar biasa. Musa bin Nusair dan Thariq
bin Ziyad berencana membawa pasukannya terus ke utara untuk menaklukkan
seluruh Eropa. Sebab, waktu itu tidak ada kekuatan dari mana pun yang
bisa menghadap mereka. Namun, niat itu tidak tereaslisasi karena
Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua pulang ke
Damaskus. Thariq pulang terlebih dahulu sementara Musa bin Nusair
menyusun pemerintahan baru di Spanyol.
MASA KEJAYAAN ISLAM
Penaklukkan Spanyol oleh orang-orang Islam mendorong timbulnya
revolusi sosial di mana kebebasan beragama benar-benar diakui. Ketidak
toleranan dan penganiayaan yang biasa dilakukan orang-orang Kristen,
digantikan oleh toleransi yang tinggi dan kebaikan hati yangluar biasa.
Keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu, sehingga jika tentara Islam yang melakukan kekerasan akan dikenakan hukuman berat. Tidak ada harta benda atau tanah milik rakyat yang disita. Orang-orang Islam memperkenalkan sistem perpajakan yang sangat jitu yang dengan cepat membawa kemakmuran di semenanjung itu dan menjadikan negeri teladan di Barat. Orang-orang Kristen dibiarkan memiliki hakim sendiri untuk memutuskan perkara-perkara mereka. Semua komunitas mendapat kesempatan yang sama dalam pelayanan umum.
Keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu, sehingga jika tentara Islam yang melakukan kekerasan akan dikenakan hukuman berat. Tidak ada harta benda atau tanah milik rakyat yang disita. Orang-orang Islam memperkenalkan sistem perpajakan yang sangat jitu yang dengan cepat membawa kemakmuran di semenanjung itu dan menjadikan negeri teladan di Barat. Orang-orang Kristen dibiarkan memiliki hakim sendiri untuk memutuskan perkara-perkara mereka. Semua komunitas mendapat kesempatan yang sama dalam pelayanan umum.
Pemerintahan Islam yang baik dan bijaksana ini membawa efek luar
biasa. Orang-orang Kristen termasuk pendeta-pendetanya yang pada
mulanya meninggalkan rumah mereka dalam keadaan ketakutan, kembali
pulang dan menjalani hidup yang bahagia dan makmur. Seorang penulis
Kristen terkenal menulis: “Muslim-muslim Arab itu mengorganisir
kerajaan Kordoba yang baik adalah sebuah keajaiban Abad Pertengahan,
mereka mengenalkan obor pengetahuan dan peradaban, kecemerlangan dan
keistimewaan kepada dunia Barat. Dan saat itu Eropa sedang dalam
kondisi percekcokan dan kebodohan yang biadab.”
AKHIR HIDUP SANG PANGLIMA ISLAM
Setelah bertemu Khalifah, Thariq bin Ziyad ditakdirkan Allah Swt.
tidak kembali ke Eropa. Ia sakit dan menghembuskan nafas. Thariq bin
Ziyad adalah Pejuang Islam yang berjihad karena Allah Swt tanpa
menginginkan adanya posisi/jabatan dalam pemerintahan tetapi
mengharapkan ridho Allah Swt dan Tegaknya Syiar Islam, Thariq bin Ziyad
telah menorehkan namanya di lembar sejarah sebagai putra asli Afrika
Utara, muslim yang menaklukkan daratan Eropa.
Sumber :
Berbagai Media
0 komentar:
Posting Komentar